Kamis, 28 Februari 2019

Akulturasi


Media memperkuat budaya pribumi.

A nation's culture resides in the hearts and in the soul of its people.
Mahatma Gandhi
pexel.com

Apa yang ada dalam pikiran kita saat mendengar kata akulturasi? Mungkin kita berpikir itu adalah proses pengambilan budaya orang untuk dipakai oleh bidaya kita. Tetapi benarkah demikian? Menurut KBBI, akulturasi diartikan sebagai penyerapan yang terjadi oleh seorang individu atau sekelompok masyarakat, terhadap beberapa sifat tertentu dari kebudayaan kelompok lain sebagai akibat dari kontak ataupun dari interaksi kedua kelompok kebudayaan tersebut. Percampuran budaya dianggap sebagai penguatan tradisi lama. Benerkah demikian? 
Di era digital saat ini masyarakat menjadi lebih gampang mengakses budaya yang lainnya. Penemuan teknologi dalam bidang komunikasi dan informasi telah membawa kita memasuki era baru sejarah budaya. Beberapa ahli bahkan mengatakan bahwa new media telah benar-benar merubah kehidupan kita. Penemuan media baru pada akhirnya berakibat pada munculnya apa yang disebut sebagai konvergensi media, yaitu penggabungan atau pengintegrasian media-media yang ada untuk digunakan dan diarahkan kedalam satu titik tujuan.
Transformasi masyarakat yang begitu cepat karena dampak dari konvergensi media baru dan globalisasi secara langsung mempengaruhi pembangunan dan pengembangan identitas budaya. Konvergensi media lebih dari sekadar pergeseran teknologi, konvergensi telah mengubah hubungan yang ada antara teknologi, industri, pasar, genre dan audiens. Salah satu dampak yang mungkin muncul adalah pada akulturasi budaya-budaya lokal.
Konvergensi budaya ini yang membuat budaya lokal seolah-olah melemah. Padahal bila kita mau melihat peluang, justru konvergensi media sosial membuat interaksi kita dengan dunia lebih terbuka. Hal ini membuka peluang budaya lokal untuk berinteraksi dengan budaya luar. Pada sisi lain, interaksi yang kompleks antara budaya lokal dan global, identitas budaya akan menjadi sangat dinamis, bahkan cair dan ini akan menjadi tantangan bagi eksistensi budaya lokal. Bagaimana budaya lokal tetap menjadi jati diri di tengah gempuran budaya asing yang masuk. 
Terkadang budaya asing menancapkan pengaruh yang sedemikian besar dalam sendi kehidupan. Budaya asing kemudian lebih dianut karena dianggap mempunyai nilai lebih tinggi. Pertukaran budaya justru menjadi pergantian budaya. Sebut saja budaya negara tetangga yang lebih terlihat menyilaukan karena menjadi trend setter masa kini. Banyak anak muda yang lebih memilih mengikuti hal-hal yang berbau “asing” daripada menggali budaya sendiri. Hal ini tentu sangat disayangkan. Seperti yang sudah diungkapkan di atas bahwa konvergensi media membuka peluang, bukan untuk menutup peluang budaya lokal. 
Hendaknya kita memperkuat budaya lokal dengan menyaring budaya asing. Jangan sampai budaya kita menjadi hilang dan membuat kehidupan seaakan kehilangan arah. Menyelamatkan budaya lokal bukan dengan jalan menutup akses budaya asing, tapi kita memanfaatkan keterbukaan era sekarang dengan menyaring hal-hal yang menambah wawasan budaya kita. Bukan hanya menjadi latah karena industri, tapi menjadi kuat karena jati diri. 

pexel.com

Minggu, 24 Februari 2019

Berbagi Pengampunan

Sebagai jalan memuliakan Tuhan dalam hidup.

Forgiveness says you are given another chance to make a new beginning.
Desmond Tutu

pexel.com

Kita tentu pernah merasakan sakit hati. Hal itu wajar bagi kita manusia. Karena kita berbeda dan akan selalu terjadi bwnturan-benturan dalam kehidupan sosial kita. Entah itu melalui perkataan, perbuatan, atau apapun bentuknya. Dan hal itu kadang justru paling memberikan kesan mendalam bagi kita. 
Saat merasakan sakit hati karena orang lain, kita menjadi fokus untuk membalasnya. Dendam seolah menjadi hal lumrah dilakukan untuk membalas sakit hati yang diterima. Tanpa sadar, justru dendam akan menggerogoti sendi kehidupan sosial kita.
Pada prakteknya, manisnya kata pengampunan di bibir seolah sudah sah untuk “pura-pura” tidak ada masalah. Dan itu yang membuat kita jatuh semakin dalam kepada rasa dendam. Pengampunan tidak akan berefek bila dalam lubuk hati masih menyimpan dendam. 
Bagaimana kita bisa berbagi pengampunan yang tulus bagi sesama:
1. Jangan menyimpan kesalahan orang lain. 
Jangan melihat kesalahan hanya disebabkan oleh orang lain, tapi apakah kita sudah tidak bersalah dalam hubungan dengan orang lain? Kadang standar bahwa orang lain yang bersalah itu yang membuat kita tidak melihat jernih setiap hal yang kita dapatkan. Nilai kesalahan pribadi menjadi hal “tabu” karena orang lain harus berbuat baik untuk kita. Sebaiknya kita mulai merubah paradikma bahwa orang lain yang akan selalu bersalah kepada kita. Terlebih, kita jarus mau memaafkan dengan setulus hati dan tidak menyimpan kesalahan orang lain, agar hidup kita tidak hanya berkutat di situ-situ saja. Move on dan introspeksi diri yang lebih tepat kita lakukan. 
2. Terbuka.
Kita hendaknya terbuka dalam memwrima kritik atau keadaan. Jangan melulu menutup diri untuk dimengerti, tapi harus twrbuka untuk mengerti sesama kita. Karen sikap terbuka akan membuat kita nyaman dalam keadaan apapun. 
3. Jujur. 
Kejujuran penting kita unhkapkan, karena kadang yang kita anggap orang bersalah kepada kita, justru karena kita tidak jujur. Kita cenderung membiarkan apa yang menimpa kita. Dan kita menyimpannya dalam hati tanpa diungkapkan. Kejujuran mutlak diperlukan agar hubungan sosial kita dengan sesama menjafi harmonis. Dialog akan semakin membuat kita berubah oleh pembaharuan budi melalui kejujuran.
Oleh karen itu hendaknya kita mau lebih memahami sesama agar kita bisa berbagi dalam keadaan apapun. Walau susah, hendaknya kita memohon pertolongan Tuhan, agar dimampukan untuk berbagi pengampunan pada sesama. Dengan demikian kita akan merasakan indahnya kehidupan sosial kita. 

pexel.com

Kamis, 21 Februari 2019

Superioritas Cinta

Menembus Batas "Penjara" Manusia. 

"And remember, as it was written, to love another person is to see the face of God."
Les Miserables
pexel.com

Cinta adalah detak kehidupan manusia. Cinta akan memberikan setiap perasaan yang bisa didapatkan oleh manusia. Bahkan sampai segi-segi kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari cinta. Sudah banyak sekali cerita tentang cinta yag sudah menggores dalam sejarah kehidupan manusia. Cinta bisa menjadi pembelajaran bagi manusia. 
Kita lebih suka menarik pembelajaran dari hal-hal cinta. Kita tidak menggubris apakah di dalam cinta akan berakhir tragis atau bahagia. Yang penting adalah cinta itu membawa dampak bagi manusia. Walaupun cara memperoleh akhir dari cinta itu “kabur” dan “absurb”.
Bagaimana kita bisa memahami cinta yang sebenarnya? Apakah hanya cukup dari sejarah manusia, atau pengalaman yang kita dapatkan. Bukankah kita sadar bahwa hidup bukan hanya untuk cinta? Karena cinta bisa menjadi kekuatan tapi juga bisa menjadi hal yang melemahkan kita. Kadang iman kepercayaan kita menjadi goyah saat bertemu dengan cinta. 
Tak banyak cerita cinta yang bwrbeda keyakinan. Karena cinta dianggap dapat menembus semua dimensi penjara yang dibuat oleh manusia. Tetapi bagaimana jika kita melihat cinta dari sudut pandang agama? 
Setiap agama akan mengajarkan kebaikan, kasih, dan saling menghargai. Hal itu juga daoat kita temukan dalam cinta. Benarkah demikian? 
Seperti saya ungkapkan tadi bahwa cinta bisa menembus batas-batas yang dibuat oleh manusia, setidaknya kita berpikir bahwa cinta bisa merasuk dalam agama juga. Keperbagaian agama seharusnya dipandang sebagai jalan untuk saling mencintai. Agama dan cinta adalah dua sisi mata uang yang saling berhubungan erat. Oleh karena itu kita hendaknya mempraktekkan keagamaan kita dengan saling mencintai. 
Bukan berarti kita menjadi kalap mata dalam agama karena cinta akan agama, tetapi bagaimana kita mengamalkan kasih cinta dalam agama yang kita anut. Jika kita beragama dan percaya kepada Tuhan yang Maha Kasih, tentunya kita harus mempraktekkan kasih itu kepada sesama. Kita harus bisa mengosongkan diri dengan memberikan kasih yang tulus kepada sesama kita, agar cinta juga menjadi berkat bagi sesama. 
Oleh karena itu, superioritas cinta harus kita lihat sebagai kekuatan untuk berbagi kepada sesama. Bukan eksklusif hanya untuk diri kita sendiri. Cinta hatus bisa memperkaya, mentransformasi, dan merubah kehidupan sesama kita. Dengan demikian maka kita sudah memuliakan Tuhan dalam hidup.
Selamat berproses di dalam cinta.

pexel.com


Senin, 18 Februari 2019

Pilihan Hidup

Memberi makna dalam hubungan dengan Tuhan dan sesama.

You have to choose your path.
You have to decide what you wish to do.
You are the only person that can determine your destiny.
Lailah Gifty Akita

pexel.com


Mati demi Tuhan atau selamat di dalam Tuhan? Bila kita dihadapakan dalam pilihan seperti itu, bagaimana jawaban kita? 
Sebagai manusia, tak dipungkiri kita akan menjadi bingung dengan pilihan tersebut. Dalam kemanusiaan kita, pasti hidup akan lebih menjadi pilihan. Tetapi keselamatan juga penting karena itu adalah tujuan hidup manusia. Jadi pilihan mati akan selalu kita hindari. Apapun alasannya, mati menjadi hal yang akan kita hindari. Kalo bisa justru kita bisa hidup lebih lama, jadi bisa menunda kematian. Mati mengandung konsekuensi yang cukup “spooky” bagi manusia. Identik dengan kegelapan dan tidak bisa berbuat apa-apa.
Mati di dalam Tuhan adalah sebuah pilihan dalam menjalani hidup. Tetapi maknanya kemudian menjadi bias. Kita sering memaksakan jalan itu dengan menjadi otoriter. Memaksakan kehendak agar kita bisa “menyogok” Tuhan. Mati dalam Tuhan menjadi sebuah jalan untuk menghalalkan segaka cara.
Sebenarnya justru mati dalam Tuhan mengandung makna positif. Bahwa kita akan semakin dekat dengan Tuhan dan menjadi warning bagi kita agar hidup seturut dengan kehendak Tuhan. Bukan kehidupan bersama Tuhan yg kita pikirkan, tetapi hidup di dalam dunia bersama sesama akan menjadi media pelayanan kita. Bukan berarti kita “menyogok” Tuhan, tapi mengamalkan apa yang trlah Tuhan berikan. 
Bagaimana dengan selamat di dalam Tuhan. Menjadi membingungkan bila kita memahaminya bahwa kita akan mencari jalan keaelamatan di dalam Tuhan. Maknanya akan semakin kabur. Karena bila kita mencari selamat dalam Tuhan, maka kita akan menisbikan segala hal yang membuat lita tidak selamat. Kita hanya akan fokus kepada bagaimana caranya kita selamat dalam Tuhan. Kodrati manusia akan menjadi lebih tumpul dan cenderung perhitungan dengan segala yang kita lakukan. 
Selamat di dalam Tuhan harus kita artikan bahwa Tuhan telah memberikan anugerah kepada manusia. Kita harus percaya dan memelihara kepercayaan kita itu. Bukan dengan jalan yang membuat kita yidak bisa berpikir secara logika, tapi biarkan logika bertumbuh bersama pengertian kita akan Tuhan. Kita bukan mencari selamat lagi, tetapi percaya bahwa kita pasti selamat di dalam Tuhan. 
Lalu bagaimana sebaiknya? Pilihan mana yang harus kita ambil. Apapun itu, steiap pilihan mengandung konsekuensi logis bagi manusia. Tidak bisa tidak bahwa saat kita memilih akan menimbulkan resiko. Mati di dalam Tuhan akan membuat kita sadar akan ketidak berdayaan manusia, selamat di dalam Tuhan akan menguatkan iman kepercayaan kita. Oleh karena itu hendaknya kita menjadikan hidup kita bukan hanya sebuah pilihan, tetapi juga menjadi sarana kemuliaan Tuhan.

pexel.com

Kamis, 14 Februari 2019

Paradoksal Cinta

Sebuah permainan atau keniscayaan hidup?

Jatuh cinta berjuta rasanya,
Biar siang biar malam terbayang wajahnya.
Jatuh cinta berjuta indahnya,
Biar hitam biar putih manislah nampaknya.
Dia jauh aku cemas tapi hati rindu,
Dia dekat aku senang tapi salah tingkah,
Dia aktif aku pura-pura jual mahal,
Dia diam aku cari perhatian oh repotnya.
Jatuh cinta berjuta indahnya,
Dipandang dibelai amboi rasanya.
Jatuh cinta berjuta nikmatnya,
Menangis tertawa karena jatuh cinta.
Oh asyiknya.
Titiek Puspa. 

pexel.com

Happy valentine. Walau bukan budaya Indonesia, tapi kisah valentine sudah menjadi bumbu yang sangat dahsyat bagi umat manusia dimanapun berada. Manusia menjadi seakan-akan lebih berbunga-bunga saat merayakan valentine yang identik dengan bulan penuh cinta. Orang bilang cinta itu buta. Apapun akan menjadi indah saat kita jatuh cinta, seperti petikan lagu jatuh cinta dari Titiek Puspa. Tidak akan merasakan duka saat cinta melanda hanya tertawa bahagia. Tetapi apakah kita sadar, ternyata hampir semua cerita cinta tidak seindah perumpamaannya. 
Mulai dari (lagi-lagi) Romeo dan Juliet atau mungkin Dilan. Kita belajar bahwa di dalam hubungan percintaan tidak melulu mendapatkan yang indah-indah saja. Banyak hal yang bisa dan harus dilakukan dalam menggapai cinta. Bukan perkara mudah untuk mencintai. Banyak hal-hal merepotkan yang harus dihadapi. Mungkin sebagian dari kita akan menganggap bahwa masa pendekatan kepada pasangan akan lebih nikmat daripada ketika mendapatkannya. Tapi apakah cinta hanya sebatas kepada pasangan kita? 
Dalam hidup, kita seharusnya selalu merasa dicintai. Bahkan dari sejak kita lahir sampai kapanpun, kita akan mengenal cinta bagaimanapun bentuknya. Manusia sering mengklasifikasikan bentuk-bentuk cinta. Ada cinta dari orang tua, cinta dari pasangan, atau cinta kepada Tuhan. Tetapi apakah kita tau bahwa bentuk cinta itu dipengruhi oleh pengalaman kita? 
Seperti valentine, kita mengekpresikan cinta dengan memberikan sesuatu sebagi bentuk nyata dari perasaan cinta kita. Walau terkadang kita lupa bahwa “kasih” merupakan bentuk dari cinta juga. Dan ini sangat dimanfaatkan oleh produsen-produsen khusus agar mendapatkan keuntungan melalui valentine. Bulan penuh cinga selalu identik dengan coklat, tanpa mengingat bahwa setiap hari adalah hari penuh cinta kasih. Jadi apakah seharusnya kita memberikan sesuatu setiap hari sebagai bentuk cinta kasih kita? 
Bentuk cinta yang berbeda dari “pengalaman” yang sudah terbiasa didapatkan oleh kebanyakan orang akan menjadi aneh. Bagi kebanyakan orang, cinta harus diekpresikan dengan tepat. Tanpa mengingat bahwa di dalam duka sebenarnya kita bisa merasakan cinta.
Sebagai budak-budak cupid, kita seharusnya berbagi kebahagiaan dalam suasana apapun. Cinta menjadi penguatan bagi orang-orang yang membutuhkan kita. Tentu dalam hal positif. Cinta tidak melulu harus memberikan barang, tetapi perhatian kadang lebih bermakna dari semuanya.
Paradoksal cinta bukan untuk menjadi berbeda, tapi justru sebagai pengingat bahwa setiap manusia butuh mencintai dan dicintai. Cinta sebagai ekspresi paling intim yang bisa kita salurkan dalam berbagai frasa dan tindakan. Secuil kalimat yang tulus akan lebih terasa hangat daripada sebuh buku tanpa makna. Sentuhan lembut akan terasa lebih nyaman daripada pelukan dalam nafsu (yang sering dianggap ekspresi cinta tertinggi) 
Marilah kita tidak tenggelam di dalam cinta yang hanya menjadi riak keruh dalam dunia, tapi kita menjadi ombak yang membawa buih-buih kebahagiaan cinta di dalam kasih. Nyatalah bahwa cinta tidak hanya diam saat sesama membutuhkannya. 

pexel.com

Senin, 11 Februari 2019

Siap Untuk Melayani Sesama


Now the only way you can serve God on earth is by serving others.
Rick Warren

pexel.com

Kita tentu pernah memanggil seseorang. Kalo bapak atau ibu memanggil anaknya, bagaimana respons mereka? Apakah cuek, pura-pura tidak mendengar atau justru langsung menyahut (ya pak/bu). Terlebih bila kita memanggil anak-anak untuk membantu orang tua bekerja. Bagaimana jawaban mereka? Atau mungkin anak-anak pura-pura tidak mendengarkan panggilan kita? Kemudian apa yang kita lakukan, apakah menghukum atau tetap memanggil dengan kesabaran kemudian menghampiri anak kita dan memanggil lagi? 
Untuk anak-anak, apa yang dilakukan bila orang tua kita memanggil untuk membantu bekerja atau misalnya membantu memasak? Langsung jawab atau pura-pura tidak mendengar? Sehingga kita sebagai anak-anak kadang menunggu dihukum atau bisa juga kita langsung menjawab karena takut mendapatkan hukuman dari orang tua kita. 
Bagaimanakah respons Saudara ketika mendapat panggilan Tuhan untuk melayani-Nya? Tidak merespons? Cuek? Tidak peduli? Atau bagaimana? Haruskah Tuhan bertindak keras mengingatkan sehingga muncul komitmen baru buah dari pertobatan? 
Ada dua hal yang perlu diperhatikan yang menandakan kita siap dipakai Tuhan, yaitu:
1. Ada semangat untuk berserah dengan cara:
a. Mengandalkan Tuhan. 
Seringkali kuasa Tuhan kita ukur dengan logika  manusia. Hal itu membuat kita menisbikan kuasa Tuhan yang sebenarnya. Bila kita mengandalkan kekuatan dan pemikiran manusia, itu tidak akan mungkin terjadi. Kita bisa menemukan makna bahwa kuasa Tuhan lebih hebat dari logika dan pengalaman manusia. Jangan mengandalkan kekuatan dan pemikiran kita, andalkanlah Tuhan dalam setiap hal yang kita lakukan. 
b. Mengakui kelemahan kita. 
Kita merasa bahwa kita orang berdosa dan tidak layak bekerja untuk Tuhan. Tetapi kita harus percaya bahwa Tuhan yang memampukan kita untuk berkarya dalam panggilan-Nya. Dalam segala kelemahan, Tuhan akan menguatkan kita. Dalam setiap hal yang Tuhan inginkan agar kita lakukan, maka Tuhan akan menguatkan kita. 
2. Ada semangat untuk tetap berusaha
Setelah kita mengetahui kelemahan dalam diri kita dan mengandalkan Tuhan. Maka hendaknya itu menjadi semangat untuk kita tetal berusaha. Walaupun itu sepertinya mustahil untuk kita lakukan, bila Tuhan yang meminta, hendaknya dengan iman kepercayaan yang teguh, kita bisa melakukannya. Jangan menjadikan kita justru terbeban dan melemahkan. Tapi jafikan semangat agar kita bisa melakukan kehendak Tuhan dalam kehidupan ini. 
Bagaimana respons kita saat Tuhan menghendaki kita berkarya untuk-Nya? Jangan menunggu lama untuk merespons-nya. Kita harus selalu siap sedia berkarya untuk Tuhan dalam kehidupan kita. Dan memaknai karya Tuhan dengan setiap pekerjaan kita. Kiranya Tuhan memampukan kita untuk siap sedia menanggapi panggilan-Nya untuk melayani sesama.

pexel.com

Kamis, 07 Februari 2019

Plagiat Yang Menjadi Berkat


"Someone needs your actions to inspire his actions. Never forget, your little broken cake is someone's daily meal! Care to share you little cake!"
Israelmore Ayivo

pexel.com


Dalam era digital seperti saat ini informasi apapun bisa kita dapatkan dengan cepat. Hal-hal yang dulu terkesan lambat mulai tergantikan. Ilmu pengetahuan pun bisa didapatkan dengan sangat efisien (baca: cepat). Cukup satu jari bekerja dan kita akan mengetahui tentang dunia.
Banyak hal positif yang bisa kita kembangkan dengan beredarnya informasi yang kita dapatkan. Jarak seolah tidak menjadi halangan, apalagi waktu. Penelitian menjadi lebih mudah dikembangkan, dipelajari, dan dibagikan dengan media internet. Tetapi terkadang hal itu juga bisa menimbulkan sisi negatif manusia. Kita menjadi malas mengerjakan sesuatu yang kita rasa tidak efisien. Cenderung lebih mempercayai informasi yang kita dapatkan tanpa membuktikannya sendiri. Yang lebih parah adalah mengakui karya orang lain sebagai milik kita sendiri.
Plagiat seolah-olah menjadi hal yang biasa karena ketersediaan akses yang terbuka. Manusia lupa bahwa akal budi yang diberikan oleh Tuhan harus selalu diasah untuk kepentingan diri maupun orang lain. Plagiat semakin merajalela karena manusia bersikap abai terhadap kemampuan diri sendiri.
Hal-hal yang seharusnya bisa dikerjakan sendiri, kemudian dibuat mudah dengan cara mencaplok karya orang lain. Bila ketahuan-pun akan beralibi bahwa itu adalah informasi yang terbuka. Makanya sekarang banyak karya yang dibuat hak patennya, agar tidak diambil oleh orang lain. Sebuah perjuangan hak intelektualitas.
Bagaimana plagiat yang menjadi berkat? Apakah membagi dua hasil yang didapatkan dari proses plagiat itu? Atau justru membayar hak intelektualitas orang yang kita curi? Tentu bukan seperti itu. Plagiat yang menjadi berkat adalah saat kita bisa mengembangkan diri kita dengan dipengaruhi pemikiran atau keadaan orang lain. Karena kita akan lebih tersentuh untuk melakukan sesuatu bila telah melihat orang lain melakukannya. Inspirasi itulah kata kuncinya.
Plagiat tentang kepribadian atau pemikiran seseorang bukan berarti kita menjadi orang tersebut. Tapi bagaimana kita memperoleh inspirasi kemudian menimbulkan motivasi untuk mengembangkan diri. Pengembangan diri akan maksimal tercapai apabila kita bisa melihat, merasakan, dan kemudian menilai diri dari kacamata orang lain. Kita bisa belajar dengan menilai secara interpati agar bisa menilai setelah masuk dan mengenal orang tersebut.
Plagiat sebagai cara untuk meneladani kisah inspiratif atau pekerjaan yang membangun tentu akan sangat bermanfaat bagi kehidupan kita. Menjalani kisah positif dari orang lain akan membuat kita kuat. Karena tidak semua orang adalah pioner atau influencer. Oleh karena itu, hendaknya kita menularkan wabah meneladan orang lain secara positif sebagai plagiat berkat bagi sesama. Bukan mencuri, tapi termotivasi. Bukan mengakui, tapi meneladani.

pexel.com

Senin, 04 Februari 2019

Kasih Yang Menguatkan


“Being deeply loved by someone gives you strength, while loving someone deeply gives you courage.
Lao Tzu

pexel.com

Seringkali kita menggambarkan kasih sebagai sesuatu yang melankolis,kadang melodramatis. Sehingga kasih diidentikan dengan kelemah lembutan. Banyak cerita yang menggambarkan hal itu. Tetapi disadari atau tidak, kasih juga mempunyai kekuatan yang dahsyat, kalo tidak mau disebut konyol. 
Contoh yang paling terkenal adalah roman Romeo dan Juliet. Romantisme Romeo membuatnya mempunyai kekuatan untuk mengatasi segala rintangan yang dihadapi. Walau berakhir tragis, tapi roman itu menjadi rujukan yang paling sering dipakai (absurb) menggambarkan tentang kasih seorang akan yang lain. 
Kalo era sekarang, anak muda lebih mengenal Dilan 1990 (dst) sebagai contohnya. Bagaimana perjuangan Dilan untuk menunjukkan kasihnya dengan bumbu penyedap drama yang agak hambar sering menjadi barometer bagaimana kasih harus dilakukan. Tanpa mengingat bahwa kisah itu adalah curahan hati yang belum tentu semua orang pernah mengalaminya.
Romantisme kasih seolah menjadi komoditi yang tidak akan pernah habis. Mulai dari mitos sampai demitologi masa sekarang-pun, kasih selalu menempati ranking pertama pembjcaraan setiap insan manusia. Manusia hidup dan menghidupi kasih dalam kehidupan sesehari.
Kasih memberikan kekuatan hebat bagi yang sedang dimabukkannya. Walau sebenarnya kita harus bisa tetap berpikir dengan akal sehat saat menghidupinya. Kasih akan terasa hambar dan konyol saat hidup untuk kasih saja. Karena itu akan sangat membutakan dan malah akan menjerumuskan. Jika seperti itu, kasih justru akan menjadi kelemahan belaka. Kasih akan menjadikan kita “budak” untuk memenuhi ambisi tanpa peduli kepada yang lain. Hal itu yang harus dihindari. 
Seharusnya kasih menjadi sumber kekuatan bagi kita bila kita berpikir kasih untuk hidup. Bagaimana kita mengejawantahkan kasih dlam kehidupan. Hal itu akan menjadi kekuatan yang luar biasa. Kasih akan menjadi sumber kekuatan bukan hanya untuk berkorban, tapi juga untuk peduli kepada yang lain. Yang lebih penting adalah bagaimana kasih itu akan melegakan karena tidak menjadi beban untuk kehidupan. 
Marilah kita menjadikan kasih itu sumber kekuatan positif, bukan untuk menjadi eksklusif. Biarkan kasih mengalir juga untuk sesama, bukan hanya kepuasan diri semata. 

pexel.com

Taat Melakukan Kehendak Bapa (Matius 7:21-29) Kota Surabaya baru-baru ini dilabeli warna hitam dalam peta sebaran covid-19 di Jawa Timur....