"Someone needs your actions to inspire his actions. Never forget, your little broken cake is someone's daily meal! Care to share you little cake!"
Dalam era digital seperti saat ini informasi apapun bisa kita dapatkan dengan cepat. Hal-hal yang dulu terkesan lambat mulai tergantikan. Ilmu pengetahuan pun bisa didapatkan dengan sangat efisien (baca: cepat). Cukup satu jari bekerja dan kita akan mengetahui tentang dunia.
Banyak hal positif yang bisa kita kembangkan dengan beredarnya informasi yang kita dapatkan. Jarak seolah tidak menjadi halangan, apalagi waktu. Penelitian menjadi lebih mudah dikembangkan, dipelajari, dan dibagikan dengan media internet. Tetapi terkadang hal itu juga bisa menimbulkan sisi negatif manusia. Kita menjadi malas mengerjakan sesuatu yang kita rasa tidak efisien. Cenderung lebih mempercayai informasi yang kita dapatkan tanpa membuktikannya sendiri. Yang lebih parah adalah mengakui karya orang lain sebagai milik kita sendiri.
Plagiat seolah-olah menjadi hal yang biasa karena ketersediaan akses yang terbuka. Manusia lupa bahwa akal budi yang diberikan oleh Tuhan harus selalu diasah untuk kepentingan diri maupun orang lain. Plagiat semakin merajalela karena manusia bersikap abai terhadap kemampuan diri sendiri.
Hal-hal yang seharusnya bisa dikerjakan sendiri, kemudian dibuat mudah dengan cara mencaplok karya orang lain. Bila ketahuan-pun akan beralibi bahwa itu adalah informasi yang terbuka. Makanya sekarang banyak karya yang dibuat hak patennya, agar tidak diambil oleh orang lain. Sebuah perjuangan hak intelektualitas.
Bagaimana plagiat yang menjadi berkat? Apakah membagi dua hasil yang didapatkan dari proses plagiat itu? Atau justru membayar hak intelektualitas orang yang kita curi? Tentu bukan seperti itu. Plagiat yang menjadi berkat adalah saat kita bisa mengembangkan diri kita dengan dipengaruhi pemikiran atau keadaan orang lain. Karena kita akan lebih tersentuh untuk melakukan sesuatu bila telah melihat orang lain melakukannya. Inspirasi itulah kata kuncinya.
Plagiat tentang kepribadian atau pemikiran seseorang bukan berarti kita menjadi orang tersebut. Tapi bagaimana kita memperoleh inspirasi kemudian menimbulkan motivasi untuk mengembangkan diri. Pengembangan diri akan maksimal tercapai apabila kita bisa melihat, merasakan, dan kemudian menilai diri dari kacamata orang lain. Kita bisa belajar dengan menilai secara interpati agar bisa menilai setelah masuk dan mengenal orang tersebut.
Plagiat sebagai cara untuk meneladani kisah inspiratif atau pekerjaan yang membangun tentu akan sangat bermanfaat bagi kehidupan kita. Menjalani kisah positif dari orang lain akan membuat kita kuat. Karena tidak semua orang adalah pioner atau influencer. Oleh karena itu, hendaknya kita menularkan wabah meneladan orang lain secara positif sebagai plagiat berkat bagi sesama. Bukan mencuri, tapi termotivasi. Bukan mengakui, tapi meneladani.
pexel.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar