Media memperkuat budaya pribumi.
A nation's culture resides in the hearts and in the soul of its people.
Mahatma Gandhi
pexel.com
Apa yang ada dalam pikiran kita saat mendengar kata akulturasi? Mungkin kita berpikir itu adalah proses pengambilan budaya orang untuk dipakai oleh bidaya kita. Tetapi benarkah demikian? Menurut KBBI, akulturasi diartikan sebagai penyerapan yang terjadi oleh seorang individu atau sekelompok masyarakat, terhadap beberapa sifat tertentu dari kebudayaan kelompok lain sebagai akibat dari kontak ataupun dari interaksi kedua kelompok kebudayaan tersebut. Percampuran budaya dianggap sebagai penguatan tradisi lama. Benerkah demikian?
Di era digital saat ini masyarakat menjadi lebih gampang mengakses budaya yang lainnya. Penemuan teknologi dalam bidang komunikasi dan informasi telah membawa kita memasuki era baru sejarah budaya. Beberapa ahli bahkan mengatakan bahwa new media telah benar-benar merubah kehidupan kita. Penemuan media baru pada akhirnya berakibat pada munculnya apa yang disebut sebagai konvergensi media, yaitu penggabungan atau pengintegrasian media-media yang ada untuk digunakan dan diarahkan kedalam satu titik tujuan.
Transformasi masyarakat yang begitu cepat karena dampak dari konvergensi media baru dan globalisasi secara langsung mempengaruhi pembangunan dan pengembangan identitas budaya. Konvergensi media lebih dari sekadar pergeseran teknologi, konvergensi telah mengubah hubungan yang ada antara teknologi, industri, pasar, genre dan audiens. Salah satu dampak yang mungkin muncul adalah pada akulturasi budaya-budaya lokal.
Konvergensi budaya ini yang membuat budaya lokal seolah-olah melemah. Padahal bila kita mau melihat peluang, justru konvergensi media sosial membuat interaksi kita dengan dunia lebih terbuka. Hal ini membuka peluang budaya lokal untuk berinteraksi dengan budaya luar. Pada sisi lain, interaksi yang kompleks antara budaya lokal dan global, identitas budaya akan menjadi sangat dinamis, bahkan cair dan ini akan menjadi tantangan bagi eksistensi budaya lokal. Bagaimana budaya lokal tetap menjadi jati diri di tengah gempuran budaya asing yang masuk.
Terkadang budaya asing menancapkan pengaruh yang sedemikian besar dalam sendi kehidupan. Budaya asing kemudian lebih dianut karena dianggap mempunyai nilai lebih tinggi. Pertukaran budaya justru menjadi pergantian budaya. Sebut saja budaya negara tetangga yang lebih terlihat menyilaukan karena menjadi trend setter masa kini. Banyak anak muda yang lebih memilih mengikuti hal-hal yang berbau “asing” daripada menggali budaya sendiri. Hal ini tentu sangat disayangkan. Seperti yang sudah diungkapkan di atas bahwa konvergensi media membuka peluang, bukan untuk menutup peluang budaya lokal.
Hendaknya kita memperkuat budaya lokal dengan menyaring budaya asing. Jangan sampai budaya kita menjadi hilang dan membuat kehidupan seaakan kehilangan arah. Menyelamatkan budaya lokal bukan dengan jalan menutup akses budaya asing, tapi kita memanfaatkan keterbukaan era sekarang dengan menyaring hal-hal yang menambah wawasan budaya kita. Bukan hanya menjadi latah karena industri, tapi menjadi kuat karena jati diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar