Jumat, 04 Januari 2019

Kehangatan yang Memberi Makna

If the world seems cold to you, kindle fires to warm it.
Lucy Larcom

pexel.com


Apa yang kita rasakan saat hujan turun di malam hari? Sejuk, tentu saja. Atau mungkin mencekam? Tapi kebanyakan orang akan lebih memilih sensasi dingin-dingin empuk untuk mengekspresikannya, sehingga malam menjadi identik dengan suasana yang dingin. Walaupun malam hari terkadang bisa terasa panas juga saat hujan turun, tetapi pengalaman telah membentuk persepsi kita tentang dinginnya malam.
Persepsi bisa saja salah. Karenanya jangan mengambil kesimpulan dengan terburu-buru. Kadangkala, semburat langit senja yang berganti menjadi malam hampir sama dengan warna langit menjelang pagi hari. Tentunya itu tergantung bagaimana kita membaca tanda-tanda yang mengiringinya. Istilahnya, selalu ada tanda bila alam hendak beranjak untuk berganti tugas. 
Sebagai manusia hendaknya kita bijak dalam melihat tanda-tanda alam. Kapan harus menyiapkan benda penerang, kapan harus menyediakan selimut tebal, atau kapan harus menyiapkan sapu tangan. Kebutuhan yang kita perlukan sesuai dengan apa yang akan terjadi. Bila ada yang bertanya, apakah kebutuhan yang paling dibutuhkan oleh manusia? Pasti akan banyak jawabannya. Tapi bila kita melihat konteks “malam” bisa berarti kebutuhan yang paling utama adalah kehangatan. 

                                         pexel.com

Kehangatan merupakan kebutuhan yang bisa dikatakan “mahal” pada saat ini. Di saat kemajuan teknologi yang demikian pesat seolah meninggalkan humanisme. Rasio berkelindan bersama empirisme membentuk jalinan semu sebuah kehangatan. Kita tentu sering melihat bahwa saat orang berkumpul justru terasa jauh dan sunyi, dan itu berbanding terbalik dengan dunia imajiner melalui media sosial yang riuh. Kita lupa menjadi mahluk sosial dan meringkuk dengan nyaman dalam ego kita. Semua hal yang kita lakukan seolah harus bersumber pada diri kita. Bagaimana orang menerima kita, apa yang akan kita dapatkan, kenapa harus berinteraksi dan lain sebagainya. Padahal nyata sekali bahwa Tuhan telah mengajarkan kasih. Kehangatan kasih Tuhan yang telah memberi kita hidup. Dan oleh karenanya kita wajib membagikan kehangatan kasih Tuhan untuk sesama. Kehangatan dengan penuh kasih ibaratnya tangan yang senantiasa terbuka, tangan yang senantiasa tergerak untuk memberi. Bukan semata-mata tangan yang menari di atas keypad.
Marilah kita memaknai hidup kita dengan penuh kehangatan kasih yang bersumber dari Tuhan. Bila hidup atau keadaan sekitar terasa dingin, kita nyalakan api untuk bisa menghangatkannya. Dengan membaca tanda-tanda sesama yang membutuhkan, kita akan bisa mengaktualisasikan kasih Tuhan dengan penuh kehangatan. Kehidupan akan lebih bermakna saat hidup kita tidak hanya memikirkan diri sendiri. Hidup yang bermakna adalah saat kehadiran kita berguna bagi sesama. Kehadiran nyata bagi sesama ini disebut sebagai pilihan jalan hidup dalam kebenaran.


pexel.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Taat Melakukan Kehendak Bapa (Matius 7:21-29) Kota Surabaya baru-baru ini dilabeli warna hitam dalam peta sebaran covid-19 di Jawa Timur....