“God never said that the journey would be easy, but He did say that the arrival World be worthwhile”
Max Lucado
Apa yang diinginkan seseorang saat berada di awal tahun? Memasuki Tahun baru banyak orang sangat berharap dapat hidup dalam perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik. Berharap kita mendapatkan hal-hal yang lebih baik. Namun bagi sebagian orang, tahun baru seolah menjadi momok yang menakutkan. Bagaimana tidak, seolah kehabisan waktu, kita cenderung merasakan target-target yang tidak bisa digapai.
Tahun baru kita rayakan dengan dua hal utama:
1. Refleksi
Bagaimana kita melihat apa yang telah terjadi dalam keseharian selama satu tahun berselang. Seolah apa yang sudah kita canangkan untuk dilakukan dalam tahun yang lalu menjadi sebuah artefak kuno yang kemudian dibersihkan menjelang pergantian tahun. Apa yang ingin kita lihat dengan melakukan refleksi? Apa yang akan kita lihat di masa mendatang terkait dengan pilihan yang telah dijalani. Kita diperhadapkan dengan pilihan-pilihan dan keberanian mengambil keputusan bertindak agar hidup tetap dapat eksis serta lebih bermakna. Oleh karena itu dibutuh niat yang kuat dan semangat menghadapi kenyataan hidup. Refleksi bukan momen untuk bersedih hati, tapi sebagai pembelajaran bagi kita.
2. Resolusi
Setiap pergantian tahun kita merasakan pengharapan yang luar biasa. Melalui pengharapan itu diharap hidup lebih bermakna. Resolusi kita jadikan acuan untuk menjalani hidup dengan lebih baik. Target yang kadang tidak realistispun kita canangkan demi menjaga konstruksi kehidupan baru yang akan dihadapi. Pengharapan dan target menjadi cambuk utama agar bisa melewati satu tahun kedepan penuh kebahagiaan. Tapi kadang kita lupa dengan apa yang Tuhan telah sediakan bagi kita yang menjadikan resolusi bisa dikompromikan saat tidak bisa dicapai.
Dua hal tersebut tentu tidak akan selalu mudah dihadapi. Refleksi yang seolah-olah menjadi pengingat kesalahan sehingga kita takut menghadapi tahun yang baru. Resolusi yang kadang dikorupsi demi menutupi apa yang tidak bisa kita capai. Seperti pepesan kosong bila resolusi bukan sebagai pelita penuntun langkah tapi justru hal yang bisa kita hindari dengan alasan kompromi. Maka dari itu marilah hidup tdengan etap bersyukur. Tuhan tidak menjanjikan jalan yang mudah untuk kita jelang, tapi tujuan yang berarti. Tuhan akan memimpin semua perjalanan dengan kasih dan anugerah-Nya. Dengan kepercayaan yang seperti itu, seyogyanya resolusi akan menjadi sebuah evolusi menuju ke arah yang lebih baik. Bukan untuk ditakuti, tetapi resolusi akan berevolusi menjadi pegangan diri. Bila kita hanya merasakan euforia membuat resolusi demi ambisi pribadi, maka resolusi justru akan terasa hambar untuk dijalani. Isinya adalah target yang realistis sebagai pedoman. Jangan jadikan resolusi sebagai belenggu.
Mari miliki keberanian melihat ke depan dan ikut menjadi pekerja di ladang Tuhan dalam dunia ini dengan menghidupi resolusi yang kita harapkan tercapai. Percayalah kesempatan selalu ada. Hari ini, di hari baru pada tahun yang baru kita membaharui diri dalam bersikap. Sikap itu adalah lebih peduli kepada sesama dan memilih jalan kebenaran dalam bertindak. Itulah yang seharusnya menjadi isi resolusi kita. Kepedulian dan tindakan hidup benar akan menjadikan segala sesuatu menjadi lebih baik, sehingga cita-cita hadirnya damai sejahtera Tuhan akan memenuhi kehidupan baik sebagai pribadi maupun dalam hidup bersama semua orang.
Bersediakah kita memilih jalan itu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar