Kamis, 31 Januari 2019

On The Track


I believe if you keep your faith, you keep your trust, you keep the right attitude, if you're grateful, you'll see God open up new doors.
Joel Osteen

pexel.com

Berjalan bersama Tuhan artinya melangkah dalam iman dan persatuan dengan Tuhan selama hidup kita. Dan yang terpenting, kita akan berjalan ke arah yang benar dengan selalu berfokus pada Tuhan dan mengikuti pimpinan-Nya.
Caranya:

1. Memahami Pengertian Dasar jalan Tuhan dan tentang Berjalan bersama Tuhan.
Jalan Tuhan itu tidak bisa kita bayangkan. Kadang halus, kadang berbatu terjal, berkelok-kelok, dan lurus. Tetapi kita perlu tahu bahwa jalan Tuhan itu adalah yang terbaik bagi kita. Seringkali kita terjatuh dalam godaan bahwa kita hanya menuruti jalan yang mau kita lewati, baru setelah mentok, kita meminta pertolongan Tuhan. Bagaimana kita bisa mengenal jalan Tuhan itu? Dengan mendekatkan diri dengan Tuhan.
Bayangkan kita sedang berjalan bersama seseorang secara fisik. Agar dapat memahami apa arti dari berjalan bersama Tuhan secara spiritual, mulailah dengan membayangkan kita sedang berjalan bersama seorang teman atau anggota keluarga kita, lalu cobalah mengartikan kata-kata tadi secara harfiah. Bertanyalah kepada diri sendiri bagaimana kita berinteraksi dengan orang yang menemani kita, apa yang kita harapkan dari orang ini, bagaimana kita berbicara dan bersikap kepadanya? Pada saat kita berjalan bersama seseorang, kita bersama akan menuju ke arah yang sama. Langkah kita bersama sama cepat dan orang yang satu tidak akan meninggalkan yang lainnya. kita akan saling berbicara dan tetap memperhatikan satu sama lain. Intinya, selalu ada keselarasan, kesatuan, dan kebersamaan di antara kita bersama selama perjalanan.

2. Fokus kepada Tuhan.
Kita harus bisa melatih diri kita dengan doa dan membaca kitab suci.
Abaikan hal-hal yang mengalihkan. Sebelum kita dapat berfokus kepada Tuhan, kita harus mampu mengabaikan semua hal-hal duniawi yang dapat mengalihkan kita dari hubungan kita dengan Tuhan. Pengalih ini tidak selalu “dosa,” tetapi pada dasarnya semua hal yang dengan sengaja atau di alam pikiran bawah sadar kita prioritaskan di atas Tuhan. Bayangkan lagi tentang berjalan bersama teman. Jika teman kita terus menerus sibuk dengan ponselnya dan tidak peduli pada kita, perjalanan kita akan sangat tidak menyenangkan, dan kita tidak dapat benar-benar berjalan "bersama" dalam arti yang sesungguhnya. Atau saat kita main game atau media sosial  dan jadi terobsesi dengan itu, maka kita akan mengabaikan hal-hal yang kita anggap tidak penting dalam mendukung permainan kita. Keluarga dan teman menjadi kita abaikan. Begitu juga dengan pengalih yang menjadi fokus kita sehingga kita tidak mampu berfokus kepada Tuhan akan membuat kita tidak bisa mengalami perjalanan bersama Tuhan yang sesungguhnya. Dosa-dosa yang kita biarkan melekat akan menjadi pengalih yang mudah terlihat, tetapi bukan hanya ini yang harus kita perhatikan. Hal-hal yang bahkan dianggap bermanfaat juga dapat menjadi pengalih yang merugikan jika kita tidak waspada. Contohnya, kita belajar mencari uang dengan membantu orang tua kita, jika kita terobsesi dengan hal itu (mencari uang) maka kita akan mengabaikan semua hal di sekitar kita, bahkan keluarga dan teman-teman kita. Kita jadi melupakan hal yang utama yaitu membantu orang tua.

3. Mengikuti Pimpinan Tuhan.
a. Patuhilah perintah Tuhan. Berusahalah untuk menjaga setiap langkah kita agar bisa tetap berjalan bersama Tuhan. Untuk menjaga langkah kita di dalam Tuhan, Anda harus bertindak seturut kehendak Tuhan dan mematuhi perintah yang Tuhan berikan bagi seluruh umat manusia. Sebagian dari proses ini adalah mematuhi apa yang Tuhan perintahkan tentang perilaku moral. Meskipun ada orang yang menganggap perintah ini bersifat membatasi, bagaimanapun juga, perintah ini akan menjaga agar kehidupan manusia tetap aman dan terhubung secara spiritual dengan Tuhan. Aspek penting lainnya dalam mematuhi perintah Tuhan adalah dalam hal mengasihi, mengasihi Tuhan, mengasihi orang lain, dan bahkan mengasihi diri sendiri. Bentuklah hidup kita seperti yang Tuhan tunjukkan dan tetaplah memperlihatkan kasih bagi kehidupan manusia.
b. Berjalanlah dengan orang lain di jalan yang sama. Kita harus bersahabat dengan siapa saja yang mengabdi Tuhan seperti kita. Orang-orang ini dapat mendukung kita dalam kehidupan sehari-hari, dan kita juga dapat mendukung mereka. Orang-orang beriman dapat menjaga agar kita tetap memenuhi tanggung jawab sesuai komitmen kita untuk berjalan bersama Tuhan. Ingatlah bahwa Tuhan sering menggunakan orang lain di dalam hidup kita untuk membimbing langkah kita.
Setiap dari kita dapat membuat sebuah catatan tentang tuntunan dan kesetiaan Tuhan, dengan merenungkan tuntunan Tuhan—beragam orang, tempat, dan pengalaman yang menjadi tonggak perjalanan iman kita. Setiap hal yang mengingatkan kita pada kebaikan Tuhan dapat mendorong kita untuk terus berjalan bersama-Nya dan untuk berterima kasih kepada orang-orang yang mempengaruhi hidup kita.
pexel.com

Senin, 28 Januari 2019

Petunjuk Arah Dari Tuhan

“The only way you're going to reach places you've never gone is if you trust God's direction to do things you've never done.” 

pexel.com

Dari dulu sampai sekarang, kita membutuhkan penunjuk arah. Dari mulai jaman old dengan “melihat” bintang ataupun jaman milenial dengan gps-nya yang dipakai sebagai pedoman arah. Di daerah atau di kebudayaan apapun akan dikenal sebuah cara untuk menunjukkan arah. Sehingga manusia bisa meng3nal musim ataupun mendapatkan arah yang benar saat dalam perjalanan. Karena kita manusia sering kali bingung saat tersesat atau kehilangan arah.
Di awal tahun 2019, kita dikejutkan dengan hasil penelitian yang terbaru tentang pergeseran magnet bumi. Pergeseran itu membuat kinerja gps ataupun kompas menjadi sedikit terganggu. Hal itu membuat para ahli berpikir keras untuk memperbaikinya. Itu dilakukan agar kebutuhan manusia akan arah tidak terganggu, istilahnya manusia tidak akan tersesat.
Saat tersesat kita akan menjadi bingung. Saat kehilangan arah kita akan merasa takut. Perasaan campur aduk di saat-saat seperti itu akan membuat kita sendirian. Kita seolah-olah terasing saat kita tersesat. 
Terkadang kita lupa bahwa kita bisa menggunakan berbagai cara untuk mencari arah. Contohnya melihat lumut di pohon, arah sinar matahari atau mungkin melihat nisan kuburan. Secara tidak langsung Tuhan memberikan kemudahan yang sering tidak kita sadari. Tuhan sudah menyediakan pedoman arah yang tepat Bagi kita. 
Kekuatan pedoman arah dari Tuhan bukan pada bentuknya seperti kekuatan jimat-jimat yang dianggap memiliki “kekuatan magis” tertentu. Kekuatan penunjuk arah dari Tuhan terletak pada respons orang-orang yang mau mendengarkannya dan merasakannya. Membutuhkan kepekaan tersendiri untuk mengetahui petunjuj Tuhan. Kita harus senantiasa mendekatkan diri pada Tuhan. 
Dalam hidup, kadang kita merasakan pergumulan yang berat, kesesakan, pencobaan yang seolah tiada habisnya dan seolah tidak ada jalan keluar. Kadang kita menjadi lupa arah jalan pulang kepada Tuhan. Kita seolah merasa sendirian. Sering kita lupa bahwa Tuhan selalu bisa kita andalkan agar kita tidak kehilangan arah. Firman Tuhan menjadi kekuatan dalam setiap pergumulan, kesesakan, atau bahkan yang kita sebut pencobaan. Supaya kekuatan ppetunjukdaridTuhan kita alami, rasakan terjadi dalam kehidupan kita dan meneguhkan semua karya, bukalah hati bagi petunjuk-Nya.

pexel.com

Kamis, 24 Januari 2019

Peduli Sesama

Berserah kepada Sang Pencipta dengan peduli kepada sesama.

A sense of concern for others gives our lives meaning; it is the root of all human happiness.
Dalai Lama

pexels.com

Banyak hal yang terjadi dalam kehidupan kita, baik suka maupun duka. Kedua hal itu seolah menjadi dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Bak sebuah misteri, kita tidak tahu kapan akan mendapatkan suka ataupun duka.
Perasaan suka dan duka juga sangat bertentangan. Suka identik dengan mendapatkan sesuatu sedangkan duka identik dengan kehilangan sesuatu. Dan kita cenderung lebih memaknai suka daripada perasaan duka. Atau bahkan kita sering kali mendasari duka dengan suka. Istilahnya habis gelap terbitlah terang.
Kita tahu bahwa saat duka menjelang, kita membutuhkan perasaan peduli dari diri sendiri maupun orang lain untuk melewatinya. Atau mungkin kita pura-pura bahagia dengan menutupi duka yang dirasakan. Kita juga “belajar” dari pengalaman bahwa rasa duka akan menjadi pelajaran berharga dalam hidup. Terkadang dalam pergumulan, rasa ditinggalkan, atau kecewa, kita menjadi pribadi yang lebih kuat sehingga mendatangkan kebahagiaan. 
Apapun pergumulan yang kita hadapi, percayalah bahwa itu semua adalah “sekolah” yang menjadikan kita cerdas dalam menjalani hidup. Tetapi tidak dipungkiri bahwa kebahagiaan atau rasa sukacita selalu menjadi dambaan setiap orang.
Rasa bahagia selalu menjadi ekspresi yang ingin kita bagikan lewat media apapun. Mungkin diunggah di sosmed atau hanya sekedar memberi kabar sukacita kepada kerabat dan teman. Kemudian kita lupa bahwa saat duka, orang lain membutuhkan tempat untuk berbagi. Peduli adalah kata kuncinya. Rasa peduli dalam keadaan apapun itu yang bisa semakin menguatkan kita. Manusia cenderung menutup diri dan enggan membagikan empati bila tidak mengetahui rasa duka yang dihadapi orang lain. Walaupun manusia mungkin meninggalkan kita sendiri “menikmati” duka, tetapi Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita. 
Mungkin saat ini kita sedang mengalami pergumuan yang berat, kita sedang mengalami kejatuhan dan kita merasa tidak ada orang yang peduli, ingatlah bahwa Tuhan peduli. Tuhan peduli akan pergumulan yang kita alami. Tuhan yang tidak berubah itu, yang telah mempedulikan manusia sepanjang segala abad dalam penderitan, Ia juga akan mempedulikan kita. Belajarlah akan kepedulian Tuhan terhadap alam semesta. Burung pipit dan bunga bakung pun dipedulikan Tuhan, masakan Tuhan tidak mempedulikan kita? Jangan berharap pada manusia, tetapi percayalah kepada Tuhan dan kepedulianNya kepada kita, serta nantikan pertolongan dan berkatNya.
Tuhan peduli dalam setiap langkah hidup kita. Karena itu hendaknya kita berserah dengan ikut membagikan sukacita kepada sesama. Bukan sebagai balasan kepada Tuhan, tapi sebagai wujud kemanusiaan kita yang hakiki. 

pexels.com

Senin, 21 Januari 2019

Hidup Penuh Berkat Dari Sang Pencipta

“When I started counting my blessings, my whole life turned around.” 
Willie Nelson

pexels.com

Sadar atau tidak, kita manusia adalah mahluk yang tidak akan merasa cukup. Kita tidak pernah memiliki perasaan puas akan segala sesuatu. Bahkan bila kita berpikir tentang segala hal yang telah disediakan atau diberikan oleh Tuhan. Kita menganggap itu tidak pernah cukup dan merasa harus mengusahakan sesuatu yang lebih lagi untuk memperoleh hal yang dianggap memuaskan hasrat. 
Bila mau jujur, pernahkah kita menghitung berkat yang telah diberikan Tuhan? Mungkin akan terasa aneh atau tidak jelas bila kita mencobanya. Tetapi kadangkala kita seolah bermain hitung-hitungan dengan semua hal yang Tuhan berikan. Kita cenderung menganggap bahwa berkat Tuhan hampir selalu bersifat materiil. Bila kita merasa tercukupi secara materi, itu semua adalah berkat dari Tuhan. Kita menjadi “budak” materi. Segala sesuatu kemudian dihitung dengan seberapa banyak materi yang bisa kita dapatkan atau usahakan. Sering kita lupa bahwa berkat Tuhan bukan hanya bersifat materi. 
Kita tidak menyadari atau abai dengan hal-hal yang tidak bersifat materi, padahal itu adalah berkat yang luar biasa besar dalam kehidupan. Contohnya, kesehatan, keselamatan, kepandaian dsb. Kita baru menyadari bahwa semua itu adalah berkat saat kita merasakan “revival” melalui itu. Kita baru merasakan bahwa berkat kesehatan itu sangat besar saat kita sakit. Atau ternyata keselamatan itu sangat berarti saat kita mengalami peristiwa kecelakaan. 
Bila kita mau menyadari, berkat immateriil itu adalah bebas biaya. Artinya adalah, Tuhan sudah menyediakan untuk kita tanpa kita harus menimbang berapa yang harus kita bayarkan. Bayangkan bila sekarang udara itu dikomersialkan, tentu kita akan kelimpungan. Atau bila membuka mata saja kita harus membayar, malah sangat besar atau bahkan tidak bisa dibayar untuk setiap bangun tidur dan mengedipkan mata. 
Oleh karena itu, hendaknya kita menyadari bahwa berkat Tuhan itu tidak hanya beraifat materi tetapi juga non-materi. Betapa banyak hal yang bisa kita dapatkan secara Cuma-Cuma. Sadari bahwa semua hal yang kita dapatkan itu bersumber dari Tuhan. Bukan untuk menjadi pasrah, tapi juga bisa diusahakan seturut kehendak Tuhan. Kita bisa mengusahakan berkat materi dengan bekerja dan membagikannya,dan untuk non-materi dengan cara menjaga diri kita. Tuhan memberikan sesuai dengan porsi yang bisa kita terima. Oleh karena itu janganlah kita merasa bahwa berkat yang Tuhan berikan itu kurang. Kita sadari bahwa Tuhan adalah sumber berkat dalam kehidupan, sehingga kita akan merasa “kaya”.

pexels.com

Kamis, 17 Januari 2019

Rendah Hati

Menyadari Kekerdilan di Hadapan Sang Pemberi Hidup

“Humility is throwing oneself away in complete concentration on something or someone else.” 
Madeleine L'Engle

pexels.com

Siapa di antara kita yang tidak mau kelihatan menonjol? Hampir dipastikan,  kita ingin selalu menjadi pusat perhatian. Kita berpacu dengan diri sendiri untuk menjadi yang paling “berpengaruh” bagi orang lain. Tapi hal itu justru membuat kita menjadi “budak” perhatian orang lain. 
Rasa caper itu kadang bisa membunuh kita secara perlahan-lahan. Pelan dan pasti, kita semakin memperhatikan bagaimana pendapat orang lain tentang diri kita. Galau rasanya bila kita seolah gagal untuk menjadi pionir. 
Kadang kita justru kemudian memperhatikan orang lain untuk mencari hal-hal yang bisa dikalahkan. Semakin tahu kelemahan orang, kita semakin menjadi tinggi hati. Lupa bahwa kita diciptakan setara dihadapan Tuhan. Diciptakan untuk saling melengkapi, bukan mencari kelemahan. Kita mudah untuk menilai orang lain dan melupakan kelemahan dalam diri. Bukankah seperti ilmu padi, semakin berisi akan semakin menunduk? Kita hendaknya semakin rendah hati dengan segala yang kita miliki.
Di dalam artikel kemarin, saya menuliskan tentang keutamaan manusia yang merupakan berkat yang haris “dikembalikan” kepada Tuhan. Itu berarti bahwa kita semua ini adalah pribadi yang istimewa. Bila mau disadari, keutamaan manusia itu diiringi dengan kebaikan yang ada dalam diri. Hendaknya kita rendah hati dengan keutamaan sebagai manusia. Dalam kerendahan hati, kita akan bisa melihat hal-hal baik yang ada di sekitar. Membuat kita sadar bahwa orang lain-pun mempunyai segala kebaikan dengan cara dan kadarnya masing-masing. 
Kerendahan hati akan membuat kita seolah meniadakan diri demi merasakan berkat dari orang lain. Bukan aku lagi yang bekerja di dalam hubungan sosial dalam lingkungan. Hal itu justru akan membuat kita belajar untuk menikmati hidup dengan lebih berwarna. Jadi hendaknya kita menjalani kehidupan dengan kerendahan hati yang murni, bukan bersumber untuk dipuji. Karena semua hal yang kita terima adalah berkat Tuhan dan orang lain adalah ciptaan yang sama baiknya dengan kita.

pexels.com

Senin, 14 Januari 2019

Keutamaan Manusia:

Tanda kasih kepada pencipta.
We cannot despair of humanity, since we ourselves are human beings.
Albert Einstein
pexels.com

Dari jaman dahulu sampai munculnya para filsuf, manusia menjadi pusat pemikiran utama. Manusia selalu menjadi “bintang” yang seolah-olah di atas semua ciptaan yang lain. Hal itu yang membuat manusia semakin memikirkan bagaimana menjadi manusia yang sesungguhnya.
Humanisme menjadi bumbu penyedap yang membuat manusia berusaha menjadi “tuhan” kecil atas dirinya dan ciptaan yang lain. Diharapkan dengan membuat aturan-aturan tertentu, maka manusia akan lebih sejahtera. Keutamaan manusia semakin tenggelam dalam lagu syahdu mencari apa yang harus dilakukan demi dirinya sendiri. 
Kita sering kali lupa bahwa hakikat manusia adalah mahluk. Terlepas dari teori Darwin yang luar biasa, manusia adalah ciptaan yang dianggap agung. Tentu banyak alasannya sehingga kita manusia dianggap demikian. Akal budi menjadi salah satunya. Dan justru dengan itu, maka manusia bisa mengolah segala sesuatu yang kadang dengan kompromi etis atas dirinya sendiri.
Etika yang dibuat oleh alam pikiran manusia menjadi tolak ukur utama dalam menjalani kehidupan ini. Sehingga kita lebih sering berkutat dengan pandangan etis orang lain daripada melakukan hal utama sebagai manusia. Keutamaan manusia adalah “what i should be”, bukan “what i should do”. Hal itu yang seharusnya menjadi pusat kita. Dengan keutamaan, kita dapat mengetahui sifat dan watak. Keutamaan sangat dibutuhkan dalam kehidupan moral. 
Keutamaan manusia adalah disposisi watak yang telah kita peroleh dan memungkinkan untuk bertingkah laku baik secara moral. Misalnya kemurahan hati, yang membuat kita dapat memberi kepada sesama. Beberapa ciri keutamaan manusia adalah:
1. Keutamaan itu bersifat stabil tidak berubah.
Keutamaan merupakan anugerah dari Tuhan. Hal itu sudah mendarah daging dalam diri kita. Dan berhubungan bukan saja psikis & fisik, tapi juga moral. 
2. Keutamaan berkaitan dengan kehendak.
Keutamaan mengandung motivasi. Kehendak diarahkan oleh motivasi. Tidak mungkin maksud keutamaan kota sebagai manusia tanpa disertai maksud atau motivasi. 
3. Keutamaan diperoleh dengan jalan membiasakan diri.
Keutamaan tidak kita miliki dari lahir. Keutamaan kita sebagai manusia merupakan suatu proses belajar yang panjang dengan menumpuk pengalaman. Hal itu mmbuat kita bisa mengoreksi apa yang sudah kita lakukan. 
Dengan keutamaan sebagai manusia, hendaknya kita semakin menambah nilai dalam kehidupan. Bukan untuk menjadi egois, tapi justru menjadikan kita tau apa yang baik yang harus dilakukan. Tuhan telah memberikan berkat keutamaan dengan maksud agar kita menjalani kehidupan dengan lebih baik dan memikirkan sesama. Sehingga kita menjadikan keutamaan sebagai manusia itu tanda kasih kepada Tuhan. Mari kita semakin memahami hakikat keutamaan sebagai manusia dengan memberikan yang terbaik kepada Tuhan dan sesama.
Menjadi manusia sejati dengan segala kebaikan dalam diri sendiri. 
pexels.com

Kamis, 10 Januari 2019

Memberi:

Bukan karena kaya, tapi karena tahu rasanya tidak punya.

“We make a living by what we get. We make a life by what we give.”
Winston S. Churchill

poborton.com

Hal yang paling banyak dicari dalam dunia ini adalah harta. Barometer apapun dalam konstruksi sosial masyarakat hampir selalu diukur dengan apakah kita hidup berkecukupan atau tidak. Oleh karena itu, kita saling berlomba untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan menumpuk harta kekayaan. Harta menjadi tujuan utama dalam menjalani hidup. Tetapi bagaimana kemudian hal itu mempengaruhi kehidupan kita? 
Mungkin kita berpikir bahwa orang yang memiliki banyak harta pasti akan lebih mudah untuk berbagi daripada orang yang dianggap hidup dalam kekurangan. Namun kenyataannya, tak jarang orang yang hidup dalam kelimpahan justru sulit untuk berbagi dengan orang lain, karena ia begitu mencintai kekayaan yang dimiliki. Sebaliknya, tak sedikit orang yang hidup dalam kekurangan justru mampu berbagi hidup dengan orang lain. Seringkali dalam kekurangan, kita justru mampu belajar tentang arti solidaritas hidup dengan orang lain yang sama-sama menderita kekurangan.
Kebanyak orang berpikir ketika memberikan sesuatu kepada orang lain, itu akan mengurangi harta. Ketika kita memberi itu berarti kehilangan sesuatu yang seharusnya bisa kita beli dan miliki. Istilahnya, banyak orang berpikir bahwa ketika memberikan sesuatu berarti akan kehilangan sesuatu. Dan mau tidak mau, hal itu menjadi batu sandungan ketika hendak memberi kepada orang lain. 
Tetapi bila berbicara mengenai esensinya, ketika memberi sesungguhnya kita tidak sedang kehilangan sesuatu dan tidak akan mengalami kekurangan. Ketika memberi kita sedang meringankan beban dan kesusahan orang lain. Ketika memberi kita terlibat dalam kehidupan orang lain, bukan hanya karena orang berkekurangan tapi menolong orang yang membutuhkan pertolongan. Karena kita pasti pernah membutuhkan pertolongan orang lain. 
Memberi bukan sekedar memberikan sesuatu tanpa tahu apakah hal itu baik atau tidak. Tapi kita juga tidak boleh terpenjara dalam proses hitung-hitungan untung atau rugi. Karena banyak hal dalam dunia ini yang tidak bisa didasarkan atas logika dan matematika. Hanya perlu sebuah tindakan yang mungkin bagi dunia dianggap sebuah tindakan tanpa perhitungan dan perencanaan. Mengapa kita tidak berani memberi lebih, letak persoalannya adalah kita masih memandang memberi itu adalah tindakan mengurangi bagian kita.
Bila kita mau menyadari, tak harus menunggu kaya untuk bisa memberi kepada sesama. 

pixbay.com

Senin, 07 Januari 2019

Light Up the Darkness

“Darkness cannot drive out darkness; only light can do that. Hate cannot drive out hate; only love can do that.”
Martin Luther King Jr

www.pexels.com

Pada umumnya orang-orang lebih senang berada di dalam ruangan yang terang daripada di dalam ruangan yang gelap. Mengapa? Karena terang mampu membuat hati menjadi damai dan sukacita. Sebaliknya gelap mendatangkan ketidaktenangan dan rasa takut. Gelap sering didefinisikan sebagai keadaan yang tidak mendapatkan cahaya. Kegelapan diukur menurut standar adanya cahaya. Semakin sesuatu disebut gelap berarti semakin sedikit cahaya yang ada. Hal ini juga bisa kita analogikan dalam kategori baik dan buruk. Seorang teolog besar abad pertengahan St. Thomas Aquinas menyebut bahwa keburukan dimaknai sebagai kekurangan kebaikan (privatio boni). Definisi serupa bisa diterapkan pada fenomena dualistis lainnya, yaitu dalam sifat Ada-Tiada.
Untuk mensiasati kegelapan dibutuhkan cahaya atau terang. Karena hanya terang yang bisa “mengusir” kegelapan. Tetapi janganlah kita hanya terpaku bagaimana mengusir kegelapan yang sedang dihadapi. Sebenarnya tidak perlu mencari terang bila kita sadar bahwa terang telah disediakan oleh Tuhan. Bahkan di dalam diri kita sendiri. Hal itu kadang membuat kita mementingkan diri sendiri dengan seolah-olah menjadi pahlawan yang mencari dan membagikan terang. Kita terjebak dalam paradigma bahwa terang harus benderang untuk mengusir gelap, tanpa menyadari dalam temaram kita tetap dapat melihat. Kita menjadi sosok yang egois karena harus selalu menjadi satu-satunya sumber, bukan saling melengkapi agar terang semakin bercahaya. Bahkan pijaran warna yang beraneka adalah sesuatu yang lebih nyaman dilihat daripada eka warna. 
Ketika terjebak dalam ego, kita menjadi kurang bahkan tidak peduli dengan orang lain. Padahal saat kita membicarakan tentang terang, sudah barang tentu ada sisi lain yang kini sedang dirasakan tentang kegelapan yang ada disekeliling kita. Kita melihat bagaimana di sekitar kita menjadi sebuah lingkungan yang identik dikatakan dalam kegelapan seperti kekerasan, kemiskinan, dan permasalahan yang lainnya.
Bagaimanakah kita bisa menjadi terang yang berguna bagi sesama, itulah yang paling penting. Setidaknya ada dua hal yang bisa kita lakukan:
1. Menyadari Kasih Karunia Tuhan. 
Kita kadang lupa bahwa Tuhan telah memberikan kasih-Nya kepada kita dengan begitu hebatnya. Kasih Tuhan kepada kita bahkan tidak bisa diukur dengan apapun. Terang yang telah diberikan Tuhan bukan hanya berarti cahaya, tapi juga bisa berarti talenta, akal budi, dan kesejahteraan. Tuhan menghendaki bahwa semua yang telah diberikan itu dapat berguna bukan saja untuk kita sendiri tapi juga sesama,.
2. Membagikan Kasih yang Telah Diterima.
Terang masih menjadi harapan banyak orang, oleh sebab itu sebagai anak-anak terang sudah menjadi tanggung jawab kita untuk dapat membagikan terang itu ditengah-tengah kegelapan agar ada setitik pengharapan yang membangkitkan optimisme hidup di dunia ini. Tetapi bukan hanya dalam kegelapan saja, kita juga harus menjadi cahaya dalam situasi terang seperti terbitnya mentari yang lebih benderang dari lampu buatan manusia. Sehingga cahaya kasih kita selalu dinantikan oleh sesama. 
Karena itu marilah kita tidak hanya menerima terang kasih Tuhan, tapi juga bisa membagikannya. Karena terang dipakai untuk menggambarkan suatu keadaan yang baik di tengah kehidupan. Situasi dan kondisi yang di dalamnya ada cinta kasih, sukacita, kerukunan, perdamaian, keadilan, kebenaran serta segala sesuatu yang positif. Sehingga terang semakin berpendar temarang dan kegelapan yang ada di sekitar kita bisa berubah menjadi tempat yang nyaman dan lebih baik lagi. 
Selamat berkarya dalam terang kasih Tuhan.
www.pexels.com

Jumat, 04 Januari 2019

Kehangatan yang Memberi Makna

If the world seems cold to you, kindle fires to warm it.
Lucy Larcom

pexel.com


Apa yang kita rasakan saat hujan turun di malam hari? Sejuk, tentu saja. Atau mungkin mencekam? Tapi kebanyakan orang akan lebih memilih sensasi dingin-dingin empuk untuk mengekspresikannya, sehingga malam menjadi identik dengan suasana yang dingin. Walaupun malam hari terkadang bisa terasa panas juga saat hujan turun, tetapi pengalaman telah membentuk persepsi kita tentang dinginnya malam.
Persepsi bisa saja salah. Karenanya jangan mengambil kesimpulan dengan terburu-buru. Kadangkala, semburat langit senja yang berganti menjadi malam hampir sama dengan warna langit menjelang pagi hari. Tentunya itu tergantung bagaimana kita membaca tanda-tanda yang mengiringinya. Istilahnya, selalu ada tanda bila alam hendak beranjak untuk berganti tugas. 
Sebagai manusia hendaknya kita bijak dalam melihat tanda-tanda alam. Kapan harus menyiapkan benda penerang, kapan harus menyediakan selimut tebal, atau kapan harus menyiapkan sapu tangan. Kebutuhan yang kita perlukan sesuai dengan apa yang akan terjadi. Bila ada yang bertanya, apakah kebutuhan yang paling dibutuhkan oleh manusia? Pasti akan banyak jawabannya. Tapi bila kita melihat konteks “malam” bisa berarti kebutuhan yang paling utama adalah kehangatan. 

                                         pexel.com

Kehangatan merupakan kebutuhan yang bisa dikatakan “mahal” pada saat ini. Di saat kemajuan teknologi yang demikian pesat seolah meninggalkan humanisme. Rasio berkelindan bersama empirisme membentuk jalinan semu sebuah kehangatan. Kita tentu sering melihat bahwa saat orang berkumpul justru terasa jauh dan sunyi, dan itu berbanding terbalik dengan dunia imajiner melalui media sosial yang riuh. Kita lupa menjadi mahluk sosial dan meringkuk dengan nyaman dalam ego kita. Semua hal yang kita lakukan seolah harus bersumber pada diri kita. Bagaimana orang menerima kita, apa yang akan kita dapatkan, kenapa harus berinteraksi dan lain sebagainya. Padahal nyata sekali bahwa Tuhan telah mengajarkan kasih. Kehangatan kasih Tuhan yang telah memberi kita hidup. Dan oleh karenanya kita wajib membagikan kehangatan kasih Tuhan untuk sesama. Kehangatan dengan penuh kasih ibaratnya tangan yang senantiasa terbuka, tangan yang senantiasa tergerak untuk memberi. Bukan semata-mata tangan yang menari di atas keypad.
Marilah kita memaknai hidup kita dengan penuh kehangatan kasih yang bersumber dari Tuhan. Bila hidup atau keadaan sekitar terasa dingin, kita nyalakan api untuk bisa menghangatkannya. Dengan membaca tanda-tanda sesama yang membutuhkan, kita akan bisa mengaktualisasikan kasih Tuhan dengan penuh kehangatan. Kehidupan akan lebih bermakna saat hidup kita tidak hanya memikirkan diri sendiri. Hidup yang bermakna adalah saat kehadiran kita berguna bagi sesama. Kehadiran nyata bagi sesama ini disebut sebagai pilihan jalan hidup dalam kebenaran.


pexel.com

Taat Melakukan Kehendak Bapa (Matius 7:21-29) Kota Surabaya baru-baru ini dilabeli warna hitam dalam peta sebaran covid-19 di Jawa Timur....