“Darkness cannot drive out darkness; only light can do that. Hate cannot drive out hate; only love can do that.”
Martin Luther King Jr
www.pexels.com
Pada umumnya orang-orang lebih senang berada di dalam ruangan yang terang daripada di dalam ruangan yang gelap. Mengapa? Karena terang mampu membuat hati menjadi damai dan sukacita. Sebaliknya gelap mendatangkan ketidaktenangan dan rasa takut. Gelap sering didefinisikan sebagai keadaan yang tidak mendapatkan cahaya. Kegelapan diukur menurut standar adanya cahaya. Semakin sesuatu disebut gelap berarti semakin sedikit cahaya yang ada. Hal ini juga bisa kita analogikan dalam kategori baik dan buruk. Seorang teolog besar abad pertengahan St. Thomas Aquinas menyebut bahwa keburukan dimaknai sebagai kekurangan kebaikan (privatio boni). Definisi serupa bisa diterapkan pada fenomena dualistis lainnya, yaitu dalam sifat Ada-Tiada.
Untuk mensiasati kegelapan dibutuhkan cahaya atau terang. Karena hanya terang yang bisa “mengusir” kegelapan. Tetapi janganlah kita hanya terpaku bagaimana mengusir kegelapan yang sedang dihadapi. Sebenarnya tidak perlu mencari terang bila kita sadar bahwa terang telah disediakan oleh Tuhan. Bahkan di dalam diri kita sendiri. Hal itu kadang membuat kita mementingkan diri sendiri dengan seolah-olah menjadi pahlawan yang mencari dan membagikan terang. Kita terjebak dalam paradigma bahwa terang harus benderang untuk mengusir gelap, tanpa menyadari dalam temaram kita tetap dapat melihat. Kita menjadi sosok yang egois karena harus selalu menjadi satu-satunya sumber, bukan saling melengkapi agar terang semakin bercahaya. Bahkan pijaran warna yang beraneka adalah sesuatu yang lebih nyaman dilihat daripada eka warna.
Ketika terjebak dalam ego, kita menjadi kurang bahkan tidak peduli dengan orang lain. Padahal saat kita membicarakan tentang terang, sudah barang tentu ada sisi lain yang kini sedang dirasakan tentang kegelapan yang ada disekeliling kita. Kita melihat bagaimana di sekitar kita menjadi sebuah lingkungan yang identik dikatakan dalam kegelapan seperti kekerasan, kemiskinan, dan permasalahan yang lainnya.
Bagaimanakah kita bisa menjadi terang yang berguna bagi sesama, itulah yang paling penting. Setidaknya ada dua hal yang bisa kita lakukan:
1. Menyadari Kasih Karunia Tuhan.
Kita kadang lupa bahwa Tuhan telah memberikan kasih-Nya kepada kita dengan begitu hebatnya. Kasih Tuhan kepada kita bahkan tidak bisa diukur dengan apapun. Terang yang telah diberikan Tuhan bukan hanya berarti cahaya, tapi juga bisa berarti talenta, akal budi, dan kesejahteraan. Tuhan menghendaki bahwa semua yang telah diberikan itu dapat berguna bukan saja untuk kita sendiri tapi juga sesama,.
2. Membagikan Kasih yang Telah Diterima.
Terang masih menjadi harapan banyak orang, oleh sebab itu sebagai anak-anak terang sudah menjadi tanggung jawab kita untuk dapat membagikan terang itu ditengah-tengah kegelapan agar ada setitik pengharapan yang membangkitkan optimisme hidup di dunia ini. Tetapi bukan hanya dalam kegelapan saja, kita juga harus menjadi cahaya dalam situasi terang seperti terbitnya mentari yang lebih benderang dari lampu buatan manusia. Sehingga cahaya kasih kita selalu dinantikan oleh sesama.
Karena itu marilah kita tidak hanya menerima terang kasih Tuhan, tapi juga bisa membagikannya. Karena terang dipakai untuk menggambarkan suatu keadaan yang baik di tengah kehidupan. Situasi dan kondisi yang di dalamnya ada cinta kasih, sukacita, kerukunan, perdamaian, keadilan, kebenaran serta segala sesuatu yang positif. Sehingga terang semakin berpendar temarang dan kegelapan yang ada di sekitar kita bisa berubah menjadi tempat yang nyaman dan lebih baik lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar