Kamis, 10 Januari 2019

Memberi:

Bukan karena kaya, tapi karena tahu rasanya tidak punya.

“We make a living by what we get. We make a life by what we give.”
Winston S. Churchill

poborton.com

Hal yang paling banyak dicari dalam dunia ini adalah harta. Barometer apapun dalam konstruksi sosial masyarakat hampir selalu diukur dengan apakah kita hidup berkecukupan atau tidak. Oleh karena itu, kita saling berlomba untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan menumpuk harta kekayaan. Harta menjadi tujuan utama dalam menjalani hidup. Tetapi bagaimana kemudian hal itu mempengaruhi kehidupan kita? 
Mungkin kita berpikir bahwa orang yang memiliki banyak harta pasti akan lebih mudah untuk berbagi daripada orang yang dianggap hidup dalam kekurangan. Namun kenyataannya, tak jarang orang yang hidup dalam kelimpahan justru sulit untuk berbagi dengan orang lain, karena ia begitu mencintai kekayaan yang dimiliki. Sebaliknya, tak sedikit orang yang hidup dalam kekurangan justru mampu berbagi hidup dengan orang lain. Seringkali dalam kekurangan, kita justru mampu belajar tentang arti solidaritas hidup dengan orang lain yang sama-sama menderita kekurangan.
Kebanyak orang berpikir ketika memberikan sesuatu kepada orang lain, itu akan mengurangi harta. Ketika kita memberi itu berarti kehilangan sesuatu yang seharusnya bisa kita beli dan miliki. Istilahnya, banyak orang berpikir bahwa ketika memberikan sesuatu berarti akan kehilangan sesuatu. Dan mau tidak mau, hal itu menjadi batu sandungan ketika hendak memberi kepada orang lain. 
Tetapi bila berbicara mengenai esensinya, ketika memberi sesungguhnya kita tidak sedang kehilangan sesuatu dan tidak akan mengalami kekurangan. Ketika memberi kita sedang meringankan beban dan kesusahan orang lain. Ketika memberi kita terlibat dalam kehidupan orang lain, bukan hanya karena orang berkekurangan tapi menolong orang yang membutuhkan pertolongan. Karena kita pasti pernah membutuhkan pertolongan orang lain. 
Memberi bukan sekedar memberikan sesuatu tanpa tahu apakah hal itu baik atau tidak. Tapi kita juga tidak boleh terpenjara dalam proses hitung-hitungan untung atau rugi. Karena banyak hal dalam dunia ini yang tidak bisa didasarkan atas logika dan matematika. Hanya perlu sebuah tindakan yang mungkin bagi dunia dianggap sebuah tindakan tanpa perhitungan dan perencanaan. Mengapa kita tidak berani memberi lebih, letak persoalannya adalah kita masih memandang memberi itu adalah tindakan mengurangi bagian kita.
Bila kita mau menyadari, tak harus menunggu kaya untuk bisa memberi kepada sesama. 

pixbay.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Taat Melakukan Kehendak Bapa (Matius 7:21-29) Kota Surabaya baru-baru ini dilabeli warna hitam dalam peta sebaran covid-19 di Jawa Timur....