Our failure to hear God voice when we want to is due to the fact that we do not in general want to hear it, that we want it only when we think we need it.
Dallas Willard
Dalam hidup, kita akan menemui hal-hal yang menempa diri. Seperti halnya kebiasaan yang membuat kita lebih peka karena menghidupinya. Kebiasaan yang ada atau yang kita lakukan setiap hari akan membentuk karakter. Oleh karenanya akan membuat seluruh aktivitas ataupun perbuatan kita menjadi peka dengan hal-hal yang terjadi di sekitar. Alam turut bekerja dalam pembiasaan hidup. Alam turut menempa manusia. Alam bahkan mempunyai andil yang sangat besar dalam setiap nafas kehidupan manusia.
Bila kita terbiasa hidup di alam pedesaan, tentulah kita akan nyaman dengan udara yang segar. Kita akan merasa aman dalam buaian kebersihan. Terlebih kita akan peka terhadap suara yang ada di sekitar. Kita akan faimilar dengan suara burung, suara jangkrik, bahkan suara gemericik air. Walaupun itu semua seolah berbisik saja.
Lain halnya bula kita hidup di kota. Kita akan terbiasa dengan dentuman kebisingan. Kita akan merasa biasa saja mendengar deru udara panas akibat industri. Udara yang pekat seolah menjadi makanan sehari-hari. Suara burung besi, suara jangkrik bermotor, ataupun suara gemericik limbah telah mengisi setiap sendi hidup kita.
Perbedaan itulah yang akan membentuk karakter manusia. Saat orang dari pedesaan datang ke kota, pasti akan takjub dengan hal-hal yang baru ditemuinya. Tetapi kepekaan mendengar suara alam tidak akan hilang. Bunyi burung di tengah hiruk pikuk suasana perkotaan akan tetap terdengar. Demikian juga bila orang dari kota datang ke pedesaan. Suasana sunyi akan membuat mereka takjub. Tetapi bunyi deru meain yang meraung nun jauh di sana tetap bisa mereka dengar. Kedua cobtoh tadi menandakan bahwa kita akan menjadi peka dengan apa yang ada di sekitar melalui pendengaran.
Kuta terkadang tidak sadar bagaimana menjalani hidup oleh karena telah terbiasa dengan apa yang kita dengarkan. Hal itu yang akan membentuk karakter kita.
Bila kita mau memakai kepekaan pendengaran kita untuk mendengar suara Tuhan, tentulah hidup akan semakin bermakna. Tetapi bagaimanakah suara Tuhan itu? Tidak ada manusia yang bisa mendeskripsikannya. Sadarilah bahwa Tuhan telah memberikan perintah atau berkata kepada manusia melalui firmanNya dalam kitab suci. Oleh karena itu, bila kita mau mendengar suara Tuhan, kita hendaknya membaca kitab suci itu. Tentu saja harus dibaca setiap hari sebagai pedoman hidup kita. Karena pembiasaan mendengar suara Tuhan melaui firmanNya dalam kitab suci akan membuat transfigurasi yang nyata dalam hidup kita.
Transfigurasi kepada kehidupan yang lebih layak, karena kepekaan kita akan suara Tuhan. Tentu hal itu membutuhkan pembiasaan yang terus menerus. Tetapi hal itu akan sangat membuat kita mendapatkan pedoman dalam hidup. Tidak perlu mencari, hanya membiasakan diri. Bukan perkara mudah, tetapi mungkin sulit dilakukan. Karena kita lebih suka bila Tuhan mendengarkan kita, bukan kita yang mencoba mendengarkan Tuhan. Keegoisan kita yang meminta legitimasi Tuhan lebih menonjol daripada kerendahan hati untuk diam mendengarkan.
Hendaknya kita belajar untuk membiasakan diri mendengarkan suara Tuhan dalam kehidupan, agar kita dapat menjalani kehidupan dengan lebih baik. Bukan membiasakan diri untuk meminta Tuhan mendengarkan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar